Sabtu, 24 Maret 2012

Pendidikan Islam Pada Masa Abbasiyah

Kuttab
1.                  Kuttab pada masa awal mengajarkan membaca dan menulis
2.                  Kuttab yang mengajarkan al-Qur’an dan pelajaran dasar
            Karakter kurikulum pada Kuttab bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang jelas pelajaran al-Qur’an adalah pelajaran pertama sebelum pelajaran lain diberikan pada usia dini. Menurut Ibn Khaldun, di Maghrib hanya al-Qur’an saja yang diajarkan sampai sempurna. Di Andalusia selain al-Qur’an juga diajarkan syair, tatabahasa dan penmanship, tapi di Andalusia penmanship dianggap sebagai pelajaran yang sangat penting.  
l  Di Afrika pelajaran yang sama diberikan tapi pelajaran al-Quran menjadi prioritas utama.
                   
Pendidikan Dasar di Istana
            Dalam dunia Islam, bidang studi harus diajarkan berbeda sesuai dengan karir siswa ke depan.
l  Kurikulum yang diberikan agak berbeda. Biasanya disusun berdasarkan preferensi orang tua murid.
l  Gurunya disebut Muaddib from adaba yang berarti meliputi kualitas moral dan intelektual. Keduanya harus memiliki dua kualitas tersebut.
l  Biasanya guru tinggal disamping istana dengan murid agar dapat memberikan perhatian secara penuh kepada anak didiknya.
l  Campur tangan orang tua dalam materi kurikulum sangat kuat. Keinginan individu para orang tua biasanya mewarnai materi pelajaran yang akan disampaikan.
l  Contoh:
l  Hisham bin Abd Malik : Ajarkan anak saya al-Qur’an, syair, orasi, pengetahuan tentang baik dan buruk, cerita tentang perang, dan seni berbicara.
l  Ar-Rashid: Perintahkan anak saya patuh, ajarkan al-Quran,sejarah, syair, Hadis. Cegah dia tertawa tidak pada tempatnya,biasakan dia menghormati para sesepuh Bani Hasyim, jangan terlalu baik kepadanya,jangan sampai waktunya terlewatkan dengan hal-hal yang berguna, dan jangan buat dia sedih.
            Kalau dalam masa Fatimiyah, kurikulum yang diberikan kepada anak-anak bangsawan bertujuan untuk mempersiapkan mereka bekerja melayani khalifah.    

Toko Buku
l  Toko ini mengganti fungsi ukaz, Mijannah dan Dhi al Majaz (tujuan komersial dan diskusi, debat dan pidato sastra). Diselenggarakan tahunan.
l  Tokoh buku harian.
l  Tokoh buku ini muncul pada  masa Abbasiyah. Ada 100 buku. Di Mesir tercatat ada bazar untuk al-warraqin di mana buku dijual murah dan diskusi buku dilakukan di toko-toko buku.
l  Penjual buku biasanya orang yang ahli, pengarang. Seperti: Ibn Nadhim (385 H), penulis al-Fihrist.
l  Fungsi toko buku meluas kepada pelayanan intelektual
l  Toko buku juga berpengaruh pada keluarga pemilik toko

Rumah Ulama
l  Memang masjid adalah tempat ideal untuk belajar. Tapi dalam keadaan tertentu rumah juga menjadi tempat belajar.
l  Ibn Sina misalnya menggunakan waktu malam untuk mengajar ilmu pengetahuan dan membaca al-Shifa’ and al-Qanun.
l  Ya’qub ibn Killis, mentri Khalifah al-Aziz (Dinasti Fatimiyah) seorang sarjana Ismailiyah, menyediakan rumahnya sebagai tempat belajar berbagai cabang ilmu dan banyak orang datang mendengarkan ceramahnya.
l  Karena rumah merupakan tempat pribadi, maka menjadi tugas tuan rumah untuk membuat tamunya merasa nyaman, dan tidak canggung datang.

Salon Sastra
l  Ada kaitan antara Salon sastra dengan forum serupa pada masa Khulafaurrashidin. Khalifah juga ditanya dalam persoalan agama.
l  Keduanya sama sebagai tempat pencarian ilmu, namun ada sedikit perbedaan. Pada masa khalifah Rasidin, siapapun bisa bergabung dan meninggalkan dalam majlis sesuai kehendak mereka. Khalifah dipanggil dengan sebutan namanya langsung atau dengan sebutah Amirul Mukminin. Majlis tersebut diselenggarakan diatas gelaran karpet sederhana.
l  Dalam salon sastra segala sesuatunya dipersiapkan dengan masak, hanya orang-orang dari kelas sosial tertentu saja yang bisa bergabung dalam forum ini. Para
l  harus datang tepat waktu dan pergi sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh Chalifah. Dia sendiri, bukan orang lain, yang membuka acara. Materi yang diperdebatkan sangat luas dibanding pada masa khalifah empat.
l  Beberapa etika dalam Salon Sastra:
            1. Harus berpakaian bersih dan bagus
            2. Menyapa Khalifah dengan sebutan Assalamualaika Ya Amirul Mukminin
            3. Para pembesar harus mencium tangan khalifah
            4. Serang harus memperhatikan tempat duduk bagi kelas sosialnya.
            5. Harus fokus pada khalifah, tidak boleh menatap wajah terlalu sering.
6. Harus memperhatikan penjelasan khalifah  supaya tidak minta pengulangan karena hal ini dianggap tidak sopan
            7. Siapapun yang terlibat harus berbicara dengan lemah lembut dan sopan.
8. Tidak menyela pembicaraan dan menampakkan bahwa dia sudah mengetahui sebelumnya apa yang dijelaskan oleh pembicara lain. 

l  Pada masa Abbasiyah, Salon Sastra mengalami perkembangan yang cukup pesat. Diselenggarakan tidak hanya di istana khalifah tapi juga di  istana para menteri.Salon sastra memiliki reputasi yang paling tinggi di antara pertemuan-pertemuan lainnya
l  Pada masa al-Rashid (193H) dilakukan perdebatan yang cukup menarik antara Sibawayh dan al Kisai tentang tawon.
l  Yahya bin Khalid juga menyelenggarakan konferensi para filosof dan teolog tentang ilmu kalam.
l  Al-Makmun juga dikenal sangat antusias mengadakan dialog serupa dan mengumpulkan banyak ilmuwan di istananya.

Padang Pasir (badiya)
l  Bahasa Arab mengalami pengikisan seiring dengan persentuhan Islam dengan budaya asing.
l  Sekalipun menjadi bahasa lingua franca dibeberapa wilayah Islam, namun banyak dari penduduk asal kesulitan mempelajari bahasa Arab. Akibatnya mereka berbahasa Arab dengan kualitas yang sangat rendah, atau disebut sebagai bahasa setengah keturunan.
l  Efek lain yang lebih berbahaya dari kesalahan bahasa Arab ini adalah ketika membaca al-Qur’an. Seringkali terjadi kesalahan yang fatal yang dalam membaca al-Qur’an yang berakibat pada perubahan maknanya.
l  Padang pasir (Badiyat) adalah tempat yang tidak banyak menarik orang asing di luar Arab sehingga merupakan komunitas bahasa Arab yang masih murni dan benar.
l  Dengan demikian sosok orang Badui  di padang pasir adalah pemelihara bahasa Arab dari kerusakan dan merekalah sumber pengetahuan bahasa Arab. Dari merekalah umat Islam saat itu bisa belajar. Posisi yang demikian menjadikan mereka sering dipanggil ke kota untuk mengajarkan bahasa Arab yang benar.
l  Orang di kota merasa puas dengan kedatangan orang Badui yang mengajarkan bahasa Arab. Tapi bagi orang yang kaya, seperti pangeran dan para sarjana yang ambisius mendatangi orang Badui di Badiya secara langsung untuk belajar bahasa Arab.
l  Yazid bin Muawiyah pernah mengenyam pendidikan di Badiyat.
l  Mu’tashim, salah seorang khalifah Abbasiyah juga diriwayatkan pernah pergi ke Badiyat
l  Al-Kisai pergi ke badiya menghabiskan 15 botol tinta selain ingatannya untuk mencatat bahasa orang badui.
l  Imam Syafii menghabiskan waktu 17 tahun di suku Hudhail sehingga dia dapat berbicara dengan fasih dan mengadopsi kebiasaan suku tersebut.
l  Biasanya orang badui ini membacakan puisi dan sejarah orang-orang Arab kepada para pendengarnya.

Masjid
l  Masjid saat itu bukan hanya tempat shalat tapi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, pengadilan dan pusat politik.
l  Ada 2 Masjid:
       - Masjid Jami’: tempat untuk mengumumkan masalah pemerintahan kepada rakyat; sebagai penghubung.
      - Masjid non jami’ (esklusif), penganut madhab tertentu, didanai jamaahnya dan wakaf.
l  Halaqa dan Zawiyah
l  Di Baghdad ada 30.000 masjid baik masjid jamik maupun masjid anggota suku-suku tertentu.
l  Masjid Jami al-Manshur di Baghdad (18 jt dinar) sebagai sekolah yang cukup terkenal.
l  Masjid saat itu berfungsi sebagai tempat mengajarkan berbagai cabang ilmu pengetahuan bagi orang Arab. (philologi, sastra, medicine,astronomi, fiqh, hadis, tafsir).
MADRASAH
l  Mengapa pendidikan pindah dari masjid ke madrasah?
1.      Perkembangan jumlah siswa
2.      Dapat mengganggu kelangsungan beribadah di masjid
3.      Berkembangnya bidang studi baru yang tidak mungkin dilaksanakan di masjid yang membutuhkan ketenangan.
Perbedaan Masjid dan Madrasah:
1.      Madrasah memiliki Iwan, tempat untuk ruang kuliah.
2.      Tempat tinggal bagi siswa
3.      Madrasah Memiliki perpustakaan.
4.      Madrasah dikontrol sepenuhnya oleh pengeuasa (penentuan kurikulum) contoh: Nidhamul Muluk
5.      Dalam pengaturan dana wakaf, syaikh lebih penting untuk diprioritaskan.
6.      Pemberian beasiswa bagi siswa.
 






Tidak ada komentar: